
Para penulis dan komikus yang (dulunya) bercita-cita menggapai kesuksesan lewat cerita gubahan mereka pasti pernah terpikirkan di pikirannya soal ini: kenapa genre romance begitu laku? Entah apa itu alasannya. Mungkin penasaran melihat rak buku bagian teenlit yang tiada habis mendapati judul baru. Bisa juga jengkel karena bosan menemui cerita serupa yang berkali-kali sekedar diganti sampulnya saja. Atau tidak lepas kemungkinan didorong rasa iri (dan dendam pribadi) karena cerita fantasi buatannya ditolak oleh penerbit.
Tapi rasa-rasanya tirani romance di rak buku digital maupun ritel yang sebegitu besar bahkan akan memancing pertanyaan dari audiens kasual sekali pun. Ketika membuka aplikasi platform komik dan melihat sederetan judul yang nampak serupa, ya pastinya akan sedikit terbesit di pikiran ‘kenapa ini semua keliatan sama?’. Jadi tulisan saya ini kiranya tidak hanya diperuntukkan bagi para pengkarya, tapi juga para pembaca yang sekiranya memiliki barang ketertarikan sedikit di industri yang telah menghiburnya.
Pembahasan saya akan cukup panjang ke bawahnya. Bagi mereka yang tidak sabaran atau justru butuh trailer penuh spoiler bak film Hollywood untuk memancing hasrat penasaran, jawaban singkatnya ialah: mayoritas pembaca di Indonesia, baik itu komik maupun novel adalah perempuan dalam rentang usia 12-21 (komik) dan 21-35 (novel).
Bagaimana? Apa kalian sudah puas atas jawaban itu atau justru jadi tertarik dengan penjelasan di baliknya? Bagi golongan kedua, perjalanan kita baru saja dimulai.
Selain itu mohon diingat karena judul serial ini menggunakan ‘komik’ maka kedepannya saya akan merujuk industri komik saja. Meski saya berfirasat, ada beberapa aspek yang berlaku di antara dua industri tersebut.
Continue reading “Demografi Komik Babak 1 – Kenapa Romance Laku?”