Indonesia Dalam Roda Industri Webtoon Global

Peran Industri 4.0 Memfasilitasi Relasi Labour Yang Setimpang

Iklan Line Webtoon di Youtube

Kim dan Yu pada tahun 2019 menerbitkan sebuah paper berjudul ‘Platformizing Webtoons: The Impact on Creative and Digital Labor in South Korea’. Tulisan ilmiah ini mengangkat polemik pada Webtoon (dan platformisasi) yang kerap kali luput dari mata: relasi kerja antara pengkarya dengan platform penerbitnya. Insight dan perspektif baru yang diberikan memberikan kesan yang begitu kuat bagi saya, seolah membuka realita yang kasat mata sebelumnya. Terinspirasi langsung oleh tulisan tersebut, saya menuliskan sebuah conceptual paper yang menerapkan perspektif yang serupa pada realita Indonesia. Sayangnya karena keterbatasan waktu dan ketersediaan literatur ilmiah untuk menopangnya, tulisan saya hanya sekedar conceptual paper yang bahkan sejatinya masih berupa draft dan belum terbit sebagai karya ilmiah. Namun saya memutuskan tulisan ini untuk dihadirkan sebagai tulisan populer yang lebih aksesibel dan sebagai sebuah reaksi yang sigap atas perubahan dan dinamika yang terjadi pada industri komik (webtoon) kita selama 2 tahun belakangan.

Continue reading “Indonesia Dalam Roda Industri Webtoon Global”

Demografi Komik Babak 1 – Kenapa Romance Laku?

women-taking-tea-albert-lynch

Para penulis dan komikus yang (dulunya) bercita-cita menggapai kesuksesan lewat cerita gubahan mereka pasti pernah terpikirkan di pikirannya soal ini: kenapa genre romance begitu laku? Entah apa itu alasannya. Mungkin penasaran melihat rak buku bagian teenlit yang tiada habis mendapati judul baru. Bisa juga jengkel karena bosan menemui cerita serupa yang berkali-kali sekedar diganti sampulnya saja. Atau tidak lepas kemungkinan didorong rasa iri (dan dendam pribadi) karena cerita fantasi buatannya ditolak oleh penerbit.

Tapi rasa-rasanya tirani romance di rak buku digital maupun ritel yang sebegitu besar bahkan akan memancing pertanyaan dari audiens kasual sekali pun. Ketika membuka aplikasi platform komik dan melihat sederetan judul yang nampak serupa, ya pastinya akan sedikit terbesit di pikiran ‘kenapa ini semua keliatan sama?’. Jadi tulisan saya ini kiranya tidak hanya diperuntukkan bagi para pengkarya, tapi juga para pembaca yang sekiranya memiliki barang ketertarikan sedikit di industri yang telah menghiburnya.

Pembahasan saya akan cukup panjang ke bawahnya. Bagi mereka yang tidak sabaran atau justru butuh trailer penuh spoiler bak film Hollywood untuk memancing hasrat penasaran, jawaban singkatnya ialah: mayoritas pembaca di Indonesia, baik itu komik maupun novel adalah perempuan dalam rentang usia 12-21 (komik) dan 21-35 (novel).

Bagaimana? Apa kalian sudah puas atas jawaban itu atau justru jadi tertarik dengan penjelasan di baliknya? Bagi golongan kedua, perjalanan kita baru saja dimulai.

Selain itu mohon diingat karena judul serial ini menggunakan ‘komik’ maka kedepannya saya akan merujuk industri komik saja. Meski saya berfirasat, ada beberapa aspek yang berlaku di antara dua industri tersebut.

Continue reading “Demografi Komik Babak 1 – Kenapa Romance Laku?”

Dongeng Masyarakat Modern

Artikel ini sebenarnya merupakan salah satu tulisan yang saya buat untuk kepentingan kuliah. Dari awal penulisannya saya sudah meniatkan agar buah pikiran ini bisa hadir di sini. Meski sudah mewanti-wanti diri agar tulisan yang dibikin tidak terlalu kaku, sayang ketakutan nilai buruk sebagai akibat dari bahasa yang kelewat liberal atau ngeblog akhirnya membikin nada tulisan dalam artikel terasa cukup berbeda. Semoga dimaklumi dan selamat membaca.

=============================

Inspiratif. Motivasional. Kedua kata tersebut telah menjadi buzzword yang populer terdengar atau terbaca di sekitar beberapa tahun belakangan. Beberapa, jika bukan banyak, kalangan nampak dengan cerita-cerita sukses di mana orang-orang yang terpinggirkan, para underdog masyarakat dapat meraih keberhasilan dan ketenaran melalui perjuangan dan kerja keras mereka seperti di tetralogi Laskar Pelangi.

Continue reading “Dongeng Masyarakat Modern”