Pengarang : China Mièvelle
Penerbit : Pan-Macmillan Books
Tahun : 2011
Genre : Fantasy, Adventure, Weird, Humor, Absurd
Tebal : 521
Sinopsis
Zana dan Deeba, dua gadis yang menjalani kehidupan biasa sampai hal-hal aneh mulai terjadi di sekitar mereka. Mulai dari seorang pejalan kaki asing yang menyalami Zeeba, hingga payung rusak yang bisa bergerak sendiri. Semua berubah dan mencapai puncaknya ketika mereka berdua tiba kota bukan-London, UnLondon. Disanalah mereka menemukan kehidupan yang sangat lain, dan absurd terjadi begitu dekat dengan mereka. Di tengah kedamaian kota London, UnLondon sedang dirudung perang melawan Smog, asap beracun yang mempunyai kesadaran dan memiliki budaknya sendiri. Sebuah buku meramalkan bahwa Zana adalah sang penyelamat yang akan mengalahakan Smog. Apakah dia itu yang akan memenuhi ramalan tersebut, adalah hal yang pasti akan disaksikan oleh UnLondon.
Ulasan
Sudah tujuh buku karangan China Mieville, enam novel dan satu kumcer, yang telah saya baca. Buku terakhir yang saya baca adalah Embassytown, namun jika dilihat, City and The City merupakan buku Mieville yang terakhir diulas di blog ini. Itu merupakan hal yang sangat sayasesali karena Embassytown merupakan buku science-fictionyang sangat menarik, disebabkan tentu saja oleh ciri khas Mieville yang selalu menampilkan ide-ide radikal dan aneh. Suatu hari mungkin saya akan mengulas ide-ide menarik sekaligus provokatif yang menjadi tema didalam Embassytown.
Dikesempatan ini, saya ingin mengulas buku Mieville lain, yaitu Un Lun Dun. Buku ini mendahului Railsea yang ditulis oleh Mieville dan dilabeli sebagai buku yung-adult (YA). Di dalam ulasan Railsea saya mengulas bagaimana tulisan Mieville sangat berbeda dari kebanyakan buku berlabel YA, dan lebih pantas untuk disebut sebagai buku semua umur. Lantas apa hubungannya dengan Un Lun Dun? Saya bisa mengatakan bahwa Un Lun Dun sebagai buku yang ditulis mendahului Railsea telah menetapkan sikap dan cara Mieville dalam menulis buku YA. YA bagi Mieville hanyalah label marketing yang dipasangkan oleh penerbit sementara dirinya menulis buku tersebut dalam nafas dan semangat yang sama dengan karangan legendaris Lewis Caroll, Alice’s Adventure in Wonderland.
Nafas dan semangat yang dimaksud itu merujuk pada sebuah petualangan (biasanya gadis kecil, yang tidak diikuti Railsea) dalam sebuah dunia imajinatif, aneh, bahkan terkadang gila, dengan sifatn petualangan yang cenderung jenaka. Baik Railsea maupun Un Lun Dun benar-benar mengikuti ini, namun dengan perbedaan yang mencolok diantara. Railsea lebih mengikuti Mobby Dick sebagai inspirasi utamanya. Sementara itu Un Lun Dun benar-benar mengikuti tradisi Lewis Caroll, dengan sentuhan modernitas, menjadikan London atau lebih tepatnya UnLondon dirubah oleh Mieville menjadi tempat yang imajinatif, liar, dan aneh.
Dewasa kini, menemukan fiksi yang mengandalkan imajinasi aneh nan absurd tidaklah sulit, apalagi yang bernapaskan terinspirasi oleh Alice’s Adventure in Wonderland (atau bahkan melakukan retellingatas cerita Lewis Caroll tersebut). Tentu saja Hukum Sturgeon berlaku tentu saja fiksi yang mengandalkan imajinasi seperti ini tidak semuanya tepat mengenai sasaran. Seringkali yang ditampilkan antara terasa terlalu inkoheren, jayus, atau yang paling sering, tidak terasa imajinatifnya sama sekali. Hal ini sedikit saya bahas sebelumnya, sekaligus menjelaskan mengapa Through The Looking Glass lebih baik dari Alice’s in Wonderland.
Untungnya Mieville memiliki kemampuan menulis yang sesuai dengan imajinasi yang dia tuangkan dalam Un Lun Dun. Murni dari imajinasi, ini bisa dilihat dari karakter-karakternya. Misal saja seorang tukang jahit yang mengenakan baju yang terbuat dari jahitan koran, dan memiliki jarum pentul sebagai rambutnya. Namun itu belum seberapa dengan dua karakter yang meninggalkan kesan yang begitu kuat bagi saya yaitu Mr. Speaker dan Yorrick Covia. Mr. Speaker,karakter raja dimana setiap kata yang dia ucapkan, dapat mengambil wujud dan menjadi hidup secara harfiah. Setiap kata yang menjadi hidup mengambil bentuk bagaimana sekiranya kata tersebut terwujud. Kemudian Yorrick Cavia, penjelajah hutan profesional berpengalaman dimana dia memiliki tubuh manusia, namun kepalanya berupa sangkar lengkap dengan seekor burung yang bercuit di dalamnya. Terlihat absurd memang, tapi Mieville bisa membuat Yorrick terasa alami sehingga kehadiran dia terasa begitu ajaib dan mengesankan.
Memang harus diakui bahwa Un Lun Dun masih berada jauh dari cerita karangan Lewis Caroll dalam kualitas unsur imajinatif. Playword yang digunakan Mieville tidak sampai pada tingkat yang setinggi dengan Lewis Caroll. Ketika Caroll dapat menunjukkan playword hingga tingkat frasa, atau bahkan kalimat, Mieville baru sampai tingkat kata dan pengucapan. Meski demikian, Mieville sepertinya tahu persis dia tidak bisa menyaingin kemampuan playword yang dimiliki oleh penulis idolanya. Sehingga untuk menutupi hal tersebut, dia memasukkan unsur lain, sebuah unsur penulisan yang dimana dia lebih menguasainya, yaitu narasi.
Narasi dalam Un Lun Dun terlalu masuk akal untuk bisa disebut nonsensical (saya menganggapnya mengikuti tradisi Lewis Caroll, namun tidak memasukkannya kedalam nonsensical literature). Karakter bertingkah laku dalam sebuah takaran yang masih dikatakan normal karena masih membentuk pola. Begitu juga jalan ceritanya mengikuti sebuah alur plot yang jelas akan tujuannya. Menggunakan narasi ini, Mieville merajut ide-idenya menjadi satu-kesatuan cerita yang koheren sekaligus menawan. Setiap kata yang aneh ternyata dia merupakan bagian dari playword, dan playword ini memiliki kaitan dengan plot narasi. Sebuah kata yang terdengar fantastis dan ajaib seperti klineract ternyata permainan kata dari clean air act yang kemudian muncul signifikansinya di pertengahan cerita. Tidak hanya playword, namun juga karakter aneh yang ditemui karakter utama tidak sekedar menjadi gimmick, sekali bertemu lalu dilupakan. Apa yang terjadi pada Mr. Speaker kemudian berlaku lagi di bagian cerita setelahnya. Membaca Un Lun Dun seolah membaca petualangan yang ajaib, bukan sekedar bertemu benda-benda ajaib.
Tapi tidak hanya itu saja yang terajut kedalam cerita Un Lun Dun. Masih ada satu lagi yang menjadikan Un Lun Dun memiliki kualitas sekaligus menunjukkan ciri khas Mieville sebagai seorang penulis. Tentu saja ciri khas yang dimaksud adalah ide-ide dan tema menantang yang selalu hadir di dalam ceritanya. Ide dan tema ini memiliki keselarasan dengan yang hadir di buku-buku sebelumnya, bernafaskan dan menunjukkan pengaruh Mieville sebagai seorang marxis. Memang marxisme merupakan pemikiran yang sangat politis. Tapi sebagai penulis, Mieville sering dapat memisahkan antara tulisan fiksinya dan pemikirannya. Ini menjadikan ide dan tema menantang yang hadir di dalam bukunya tidak bersifat doktrin. Terasa seperti sebuah ceramah pun tidak meski ide dan tema yang dia bawa selalu menantang hal yang terasa mapan dalam masyarakat.
Berkaitan dengan itu, ada satu hal yang selalu membuat saya tersenyum dan terhibur selama membaca Un Lun Dun. Mieville adalah seorang penulis fantasi yang sealiran dengan Moorcock, dimana dia memprotes dominasi pengaruh Tolkien yang membuat fantasi dipenuhi oleh ceria-cerita reharshmengambil gaya monomyth. Di Un Lun Dun inilah dimana Mieville melancarkan kritiknya secara jenaka dengan mensubversikan tropes yang kerap kali ditemui di cerita yang (hanya) dipengaruhi oleh Tolkien. Mulai dari ramalan choosen one, hingga fetch quest, Mieville memperlihatkan bagaimana konyolnya hal tersebut diambil begitu saja oleh para penulis fantasi yang tidak mawas diri.
Di luar dari hal yang berkaitan dengan ide yang Mieville tanamkan secara subliminal di dalam ceritanya, Un Lun Dun masih merupakan sebuah buku fantasi urban yang laik baca. Di cerdas, dan cerdik, memperlihatkan humor dan permainan kata yang dapat menghibur baik anak-anak maupun orang dewasa. Apa yang saya tuliskan menjelang akhir ulasan ini hanyalah sebuah bonus yang bisa didapatkan apabila kita mengerti tujuan dari Mieville melakukannya, dan alasan dibaliknya.